“Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa” (2 Korintus 2:15, TB)
Kata kunci : Aroma
Kemarin ketika sedang beribadah di gereja, di tengah-tengah saat mendengarkan kotbah, anak bungsu saya berbisik pada saya: “ma, ada harum strawberry di sekitar ini.” Ketika saya mulai fokus kepada aroma itu, mendadak terbayang pie strawberry di kepala saya. Betapa hebatnya kekuatan aroma untuk mendatangkan gambar di dalam memori kita. Fungsi otak kita berhubungan satu dengan yang lain, luar biasa ciptaan Tuhan.
Baik Imamat 1:1-17, maupun Bilangan 29:2, juga 2 Korintus 2:15, berbicara tentang aroma korban bakaran. Dalam perjanjian lama, aroma harum yang dinikmati Tuhan dari korban persembahan binatang merupakan gambaran korban hidup. Paulus menggambarkan persembahan diri kita sebagai korban yang harum di hadapan Tuhan.
Rekan saya, Pdt. Tommy Elim sering memakai istilah “nuansa” di dalam kotbahnya. Suami saya sering memakai istilah “chemistry” di dalam menjelaskan kesamaan pola pribadi. Sesungguhnya yang mau digambarkan oleh kedua orang ini adalah bahwa setiap pribadi mempunyai pola karakteristik. Semakin orang mengenal kita, mereka dapat melihat lebih jelas pola (pattern) kepribadian kita. Seperti sebuah parfum yang mempunyai komposisi bahan kimia tertentu, demikian juga setiap kita mempunyai komposisi karakter yang memancarkan pola aroma tertentu.
Mari kita coba “test” daya cium kita. Jika Anda membaca nama di bawah ini, aroma apa yang Anda cium dari pola karakteristik orang tersebut, aroma yang harum ataukah aroma yang busuk?:
- Nelson Mandela
- Mother Teresa
- Mohammad Ali
- Hitler
- Jokowi
- Ahok
- Obama
- Herodes
- Yudas
- Justin Biber
- Rasul Petrus
- Yesus Kristus
Mengapa Anda kategorikan orang tersebut beraroma harum atau busuk? Mau tidak mau kita mengkategorikan berdasarkan isi hati yang terpancar melalui keputusan dan perbuatannya, bukan?
Pertanyaannya sekarang: apakah “nuansa” atau “aroma” yang Anda pancarkan melalui keputusan dan tindakan Anda? Apakah komposisi “chemistry” karakter Anda? Apakah ketika orang semakin mengenal Anda lebih dalam, orang dalam mencium “harum Kristus”, komposisi karakter Kristus dalam karakter Anda?
Jadi…, seperti saya tidak bisa mencium sendiri bau badan saya, orang lain lah yang dapat mengatakan hal yang sebenarnya apa yang mereka cium dan mereka lihat. Namun yang terlebih penting adalah, apakah kita dengan sengaja, tiap hari, tiap pagi, mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan bakaran yang hidup, yang harum di hadapan Tuhan. Jika hari ini Anda belum datang ke altar Tuhan untuk menyampaikan korban persembahan hidup Anda. Datanglah sekarang……sebelum bau busuk kita menghancurkan diri kita sendiri. Yuk! Ambil waktu 1 menit untuk menutup mata dan mencoba mencium bau badan kita sendiri, maksud saya bukan harafiah, tapi aroma kehidupan.
Permainan dengan anak:
Siapkan beberapa kotak yang tidak tembus pandang, namun mempunyai lobang yang cukup untuk mengeluarkan aroma isi kotak tersebut. Masukan beberapa benda berbau ke dalamnya, misalnya: parfum, duren, udang, terasi, strawberry, mangga, kopi, coklat, dll. (yang cukup familiar bagi anak Anda). Ajak anak Anda menebak.
Permainan di persekutuan kantor:
Ganti benda-benda tersebut dengan benda beraroma yang ada di kantor misalnya: parfum dengan merk-merk yang familiar bagi mereka, bisa selipkan minyak kayu putih (parfum saya, hehehe).
Tutup dengan pesan bahwa hidup kita pun memancarkan aroma. Apakah aroma Kristus yang kita sebarkan?
Penulis: Junianawaty Suhendra