Ayah…Penggembala atau Penggembira

Biblical father

Di dalam budaya tradisional, ayah adalah tokoh pelindung, pemelihara, pemberi nafkah, dan pendidik bagi anaknya. Seringkali ayah merupakan peran yang menakjubkan anak kecil, namun dapat menjadi peran yang dijauhi oleh remaja dan pemuda karena ayah berarti peran otoriter.

Banyak ayah yang memainkan peran tadi. Semakin kurang serius dirinya dalam menjalin keintiman dengan Tuhan, semakin ia bersikap otoriter agar anaknya menjadi orang yang menjalankan ritual agamanya dengan baik. Sayang anak tidak mendapatkan teladan langsung dalam hal itu.

Di dalam Alkitab beberapa ayat menunjukkan kepada peran ayah yang seharusnya. Secara implicit ayah bukan hanya pelindung atau pemelihara, namun juga tokoh yang perlu dikasihi, memberi inspirasi bagi keluarganya dalam urusan hidup doa dan dengar-dengaran pada FirmanNya. Untuk itu, peran tradisional tidak cukup untuk dunia modern dimana anak-anak mendapat pengaruh bukan saja dari rumah, tapi juga dari sekolah dan dari media massa.

Seorang ayah bertugas memenuhi kebutuhan jasmaniah dari anak-anaknya. Ayah juga perlu membimbing anak dalam pertumbuhan kejiwaan mereka, khususnya dalam pembentukan gambar diri dan kemampuan sosialisasi. Namun yang terlebih penting adalah agar ayah juga menjadi gembala yang menjaga, memberikan perlindungan, dan inspirasi bagi anak dalam hidup spiritual. Bila ayah jarang kelihatan berdoa atau mendengarkan firmanNya, anak akan mencatat di dalam hatinya dan mengikuti teladan tadi.

Untuk memenuhi peran terakhir tadi, seorang ayah perlu menjadi teman dari anak-anaknya. Teman berarti tempat bertanya, mengadu, mendapatkan kegembiran serta mendapatkan kelegaan. Ayah tidak cukup hanya memainkan peran otoriter. Dalam cerita anak yang hilang, sang ayah memainkan peran sebagai ayah yang memahami anaknya dan menjadi pemberi maaf. Dalam diri Yakub kita mengenal ayah yang menyayangi anak-anaknya. Dalam diri Abraham, terlihat seorang ayah yang sangat bersandar pada Tuhan sangat percaya padaNya.

Kesimpulan:

Menjadi ayah bukanlah hal yang mudah. Mengapa? Ayah yang ingin anaknya tumbuh dengan gambar diri yang sehat, perlu mulai dengan menata gambar dirinya, mengenali luka batin dan bias-bias pandangannya terlebih dulu. Ayah yang ingin anaknya hidup sehat, juga perlu meneladani bagaimana ia sendiri mengurus kehidupan jasmaninya.

Selanjutnya, bila dalam hubungan dengan anak, otoritas terlalu ditekankannya, anak akan menjauh dan komunikasi tidak tercapai. Bila ayah tidak cukup intim dengan Tuhan, anak akan tidak memiliki teladan untuk hal yang sangat penting. Bila ayah tidak cukup menjadi teman anak, anak akan mencari teman dan tempat untuk kegembiraan di tempat lain. Jadi seorang ayah yang baik perlu mulai dengan meminta Tuhan memampukannya.