BEING PARENT Is more than RIDING ROLLER COASTER

Being a mom is more than riding a roller coaster. Yes, ini yang saya rasakan sejak punya anak. Baru satu lho, entah Tuhan percayakan anak lebih dari satu atau cukup satu saja, hihihi…

Kalo naik roller coaster, cuman tegang, takut, seru, dan yang paling penting, itu cuma sementara. Kurang lebih 5 menit selesai. Totally different dengan ngurus anak. Waktunya jauh lebih panjang, bok! Dan tanjakan maupun turunan emosinya seringkali nggak bisa diprediksi.

Contohnya…

Dua minggu lalu anak saya, Pippo, sakit. Dengan penuh iman dia bilang “Mami, ga usah ke dokter. Kita berdoa aja. Jesus is my doctor. Tuhan Yesus sembuhin aku.” dan terjadilah sesuai iman dia. Walaupun selama proses dia sakit sampe sembuh, saya sendiri galau melihat kondisi Pippo drop banget. Melalui peristiwa ini, Pippo mengajarkan saya tentang iman. Saya jadi teringat lagi kisah perempuan yang sakit pendarahan dan sembuh setelah menyentuh ujung jubah Tuhan Yesus. “Asal aku menjamah jubahnya saja, aku pasti sembuh” begitu kira-kira batin si perempuan itu… Ah, iman saya belum ada seujung kuku perempuan tersebut…

Minggu lalu, Pippo marah-marah (saya lupa gara-gara apa), dan dia lempar bantal dari atas ranjang ke lantai, dia tendang mainannya, dia pukul pintu kamar, dan dia bilang “Aku mau marah-marah aja. Aku mau hati aku hitam.” Kondisi begini, kalo saya hadapi dengan emosi, yang ada jadi tawuran lah kita, hahaha… Tuhan ajarin saya untuk sabar, tenang, tunggu sampai kondisi lebih kondusif sebelum bicara hati ke hati dengan Pippo.

Tiga hari yang lalu, Pippo tiba-tiba memeluk saya dan bilang “Mommy, I’m so happy because I love you“. Aaaw… So sweet banget kan… Anak 3 tahun bisa ngomong kayak gitu… Hati ini meleleh rasanya. Saya belajar bahwa menyatakan kasih itu nggak perlu susah-susah, yang penting tulus dan nggak dibuat-buat.

Tapiiiiii… Kemarin, dia marah-marah sambil nangis dan mengacungkan telunjuknya ke saya, dia bilang “Mami harus taat sama aku! Mami harus bantuin aku!” Kehebohan ini terjadi cuma gara-gara dia ga mau siram bekas pipisnya di kloset, dan dia maunya saya yang siram. Saya belajar lagi, bahwa anak kecil itu konyol. Hal-hal sepele, ga penting, jadi masalah besar. Sayapun jadi evaluasi diri, apakah saya masih suka “konyol” seperti anak kecil? Membesar-besarkan masalah sepele? Waduh, saya harus segera bertobat dan berubah.

Well, ga mudah menjadi seorang ibu… Banyak up and down yang dihadapi (kadang rasanya lebih banyak down :P)

Tapi menjadi ibu juga suatu proses, proses hati dan diri ini dibentuk oleh Tuhan untuk semakin diperluas kapasitasnya…

Sebagai ibu, saya mewakili Allah untuk menyatakan kasih dan penerimaan terhadap Pippo. Allah, yang adalah Bapa Sorgawi saya, tak pernah berhenti untuk mengasihi saya. Ketika saya gagal, jatuh dalam dosa, melakukan kesalahan, memberontak, Ia tetap mengasihi saya. Ia sudah mengampuni dan menerima saya sepenuhnya. Ia tidak menyerah terhadap saya. Ia tetap membimbing dan mengarahkan saya untuk kembali ke jalan yang sesuai dengan kebenaran Firman-Nya.

Demikian juga Ia mau saya lakukan kepada Pippo… Sekalipun Pippo tidak taat, membangkang, gagal, jatuh dalam dosa, melakukan kesalahan, dan lainnya. Saya tetap mengasihi Pippo, karena Allah sudah lebih dulu mengasihi saya.

Menjadi seorang ibu (maupun ayah) di dalam Tuhan tidaklah mudah… Tapi, percayalah, Allah senantiasa memberikan hikmat-Nya dan memampukan…

Oleh: Yaticania