Kekuatan atau Kelemahan?
Setiap orang mempunyai kekuatan-kekuatan di beberapa aspek dan juga mempunyai banyak kelemahan di aspek-aspek tertentu. Dalam bukunya “Now Discover Your Strengths”, Buckingham dan Donald Clifton menekankan betapa seringnya orang tidak berusaha untuk meningkatkan bagian-bagian dirinya yang lemah tetapi sebaliknya mereka lebih banyak memakai energy untuk memainkan aspek-aspek kekuatannya saja. Dalam survey kepada 1,7 juta karyawan, hanya 20% dari mereka yang mengatakan bahwa mereka memakai apa yang menjadi kekuatannya (his specialty) dalam aktivitas dan pekerjaan mereka sehari-hari. Ada pula pengamatan bahwa semakin tinggi posisi seseorang dalam suatu organisasi, semakin sedikit mereka bekerja dengan memakai area-area yang menjadi kekuatan mereka. Tentunya produktivitas akan meningkat apabila mereka bisa fokus melakukan apa yang menjadi kekuatan mereka karena mereka bisa lakukan hal tersebut dengan optimal.
Di satu sisi, memang ada aspek negatif juga apabila hanya “the strength approach”yang diterapkan, karena orang akan cenderung seenak-enaknya memilih melakukan yang mereka suka tanpa mau usaha sungguh-sungguh untuk hal-hal yang dia tidak suka. Orang seperti itu biasanya tidak mau peduli dan tidak mau memperhatikan apakah kebutuhan daripada organisasinya ataupun kebutuhan dari orang banyak di sekitarnya. Seorang pemimpin yang dengan kecepatan tinggi memacu hal-hal dimana dia kuat, akan cenderung mengabaikan sisi kelemahannya.
Saya kasih contoh bahwa banyak pemimpin-pemimpin usaha yang sejak mereka belum jaya sudah memakai gaya otoriter dan omongan-omongan yang kasar untuk memotivasi bawahannya. Sewaktu mereka jaya, mereka masih sama menjadi pemimpin dengan omongan yang kasar dan tidak berbudaya, disebabkan mereka tidak mau berubah karena tokh sudah terbukti berhasil dengan kondisi saat ini. Tetapi, tanpa mereka sadari pemimpin yang “one-sided” ini sering ditinggal orang terbaiknya di usaha atau pekerjaan mereka. Bahkan, anak dan istrinya pun terkadang meninggalkan mereka sendirian karena mereka tidak tahan akan kesombongan, ke-otoriter-annya, dan juga ucapan ucapannya yang kasar dan menusuk hati.
Saya mau mengajak para pria Kristen sebagai pemimpin keluarga dan pemimpin masyarakat untuk bisa datang pada Kristus untuk meminta pertolonganNya dalam mengatasi kelemahan-kelemahannya?
Tentunya, para pria ini bisa melakukan seperti yang Walt Disney lakukan untuk mengatasi kelemahannya, yaitu dengan meminta bantuan dan meng-hire orang lain yang bisa melengkapinya Disney meminta Roy saudaranya untuk meng-handle logistics.
Akan tetapi, saya mau ingatkan bahwa kita punya Tuhan yang sangat mengenal kita. Dia melihat seluruh potensial dan talenta yang kita punya, baik yang kita tahu, maupun yang kita belum tahu. Dia pasti mau untuk menyatakan satu demi satu kelemahan dalam setiap pengalaman hidup kita baik melalui tempat kita bekerja dan juga di dalam relasi keluarga kita. Tuhan Allah mau membentuk kita dan melengkapinya dengan caraNya yang special. Musa sewaktu menolak panggilan Tuhan untuk melaksanakan tugas Ilahi, Tuhan pun melengkapi nya dengan Harun untuk menjawab keragu-raguannya untuk bisa menjadi “speaker of God”. Akan tetapi, Musa tetap diproses sepanjang kepemimpinannya, dia dibentuk sampai dengan mencapai garis akhir hidupnya, dimana saat itu dia sudah lakukan begitu banyak hal bagi bangsa Israel. Tuhanpun tetap tidak mengabaikan kelemahan Musa dalam mendelegasi atapun dalam hal “anger management” yang sangat lemah dalam dirinya (Keluaran 18, Bilangan 20:1-13).
Demikian pula, Yesus tahu tentang Petrus yang mempunyai kelemahan “over-confidence” dan suka membesarkan diri. Yesus tidak diam saja sewaktu Petrus menunjukkan kelemahannya. Dia bahkan mengingatkan bahwa Petrus akan menyangkalNya tiga kali saat dia menunjukkan rasa percaya diri yang berlebihan. Dan sesudah kegagalannya, Yesus mau datang dan menghampiri Petrus secara pribadi untuk punya sesi khusus untuk mengungkapkan kelemahan Petrus. Dia bertanya sampai tiga kali juga akan kesanggupan Yesus mengasihiNya dan menggembalakan domba-dombaNya. Jadi Tuhan Yesus tidaklah mengabaikan kelemahan Petrus dan juga tidak mengijinkan kelemahan-kelemahan tersebut terus menetap dalam diri Petrus.
Dalam diri seorang pemimpin dan pengusaha, saya tidaklah punya keragu-raguan sedikitpun bahwa anda pasti mempunyai kekuatan tertentu, sehingga memimpin anda sampai dengan saat ini. Tetapi, maukah kita menyadari bahwa kita juga punya kelemahan-kelemahan yang masih terus kita pertahankan saat ini? Apakah kita cenderung untuk menghindari pembicaraan ataupun segala usaha untuk memperbaikinya? Apakah kita terlalu sombong untuk mengakui adanya kelemahan-kelemahan tersebut? Apakah kita selalu “excuse” dan cari alasan untuk menyangkal bahwa kita punya kelemahan tertentu?
Tuhan menempatkan pasangan anda disisi anda, dan juga anak-anak anda terkadang untuk menyatakan sisi-sisi kelemahan anda. Saat di usaha dan tempat kerja, anda dengan baik bisa menutupinya. Tapi di rumah, justru sisi-sisi kelemahan itu dinyatakan dengan terang benderang. Itulah masa kesempatan untuk menikmati karya Tuhan untuk menyempurnakan hidup dan kepemimpinan anda baik melalui relasi dengan pasangan maupun anak-anak saudara. “Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya”, kata Amsal. Mengapakah tidak mulai hari ini untuk membuka hati dan meminta pada Tuhan untuk memberikan anugerahnya sehingga kita bisa belajar dengan rendah hati mengatasi satu demi satu kelemahan kita?
Disadur dari “The Inspired Leader, Section 2 – Your Character, forged in the Marketplace” dan ditulis kembali oleh CK