Matius 9:9-13
(13) Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Kata Kunci : Belas Kasihan
Jika saya bertemu dengan orang-orang yang mengenal saya 25 tahunan yang lalu, mereka sering bertanya demikiani: “Ini Anne boneka kan, ya?” Ada juga yang bertanya: “Anne, froggy yah?” “Anne Kermit?” “Anne betet?” Label itu sudah menempel dalam diri saya sekalipun sekarang semua boneka itu sudah tidak saya pegang. Apapun yang saya kerjakan sekarang, apapun passion yang saya miliki sekarang, rekan-rekan di tahun 90-an tetap akan memanggil saya dengan label itu.
Bagaimana orang memberikan LABEL kepada seseorang? Ie ting si panjul (karena ketika kecil dahinya lebar sekali), Ronny si kipper (Ronny Pashla), Budi Gombal, Encim kopet, dll.
Matius juga punya label yang bertahan sampai zaman kita sekarang. Jika kita cerita tentang murid Yesus, pertanyaannya adalah Matius yang mana? Matius pemungut cukai!
Sebagai pemungut cukai, Matius termasuk orang yang dihindari khususnya oleh orang-orang yang berlabel “orang suci” (Farisi dan Saduki).
Adakah orang-orang yang kita label karena pekerjaan, sifat, penampilan fisik, perbuatan? Hari ini Tuhan mengingatkan: BELAS KASIHAN kepada orang yang dilabel dalam masyarakat.
Saya harus akui, bahwa di dalam diri saya masih ada sikap “rasis”(membedakan ras). Bagaimana saya menyadarinya? Mudah saja…. Bagaimana harapan saya setiap kali memesan tiket transportasi (pesawat, kereta, dll.). Kepada siapa saya menegur, menyapa, mengajak bicara, memberikan kesaksian, dan memberitakan Injil. Saya harus akui, saya telah banyak kehilangan kesempatan membagikan belas kasihan Tuhan karena masalah rasis ini. Jika saya duduk dengan orang China / Melayu / Asia, saya akan lebih mudah membuka percakapan. Tapi kalau sudah orang asing, apalagi bapak-bapak dengan wajah “stern”… Mungkin kita tidak sadar bahwa di dalam otak kita sudah ada kotak-kotak kategori manusia “yang mulia,” “yang agak mulia,” “yang ok,” atau kelompok penjahat, atau ekstrimis yang tidak akan dengar kesaksian kita. Itu sebabnya kita malas bersaksi kepada orang asing,
Dalam perjalanan dari Frankfurt ke Heidelberg, kami naik taxi dengan supir orang Afghanistan. Saya bersyukur dalam hati karena saya jetlag, jadi punya alasan untuk tidur dan tidak membuka percakapan Injil. Saya lupa dengan gambaran sebelumnya, ketika di Frankfurt, saya melihat ada lebih dari 3 pemuda dengan pakaian muslim ekstrim dan jenggot tebal berdiri di tempat keramaian untuk menangkap siapa saja yang mau berhenti untuk mendengar penjelasan tentang Al-Qur’an. Saya melihat seorang muda usia 20-an menjelaskan Al-Qur’an dengan berapi-api kepada pemuda sebaya lain. Wow……
Hari ini saya merasa sangat malu. Di mana api penginjilan pribadi yang selama ini ditanamkan di SAAT dan diingatkan lagi di SWBTS? Sepulang dari German, saya dijemput oleh teman yang mengingatkan kembali api penginjilan pribadi ini. Mengapa api ini meredup??? Dengan alasan budaya? Bahasa? Atau stereotyping (melabel)?
Stop di sini. Yuk pejam mata memikirkan kembali siapa yang dalam minggu ini mendapat sentuhan belas kasihan Tuhan melalui kita?
Orang yang sangat kita kenal, yang terasa layak menerima? Atau adakah orang-orang yang terlabel sebagai orang-orang yang tidak layak dikasihi??
Wordlive membuat daftar orang-orang yang dianggap pantas untuk tidak dikasihi. Mari kita renungkan dan doakan:
———————————————————————————————————
Mengasihi yang tidak dikasihi
Tuhan Yesus, sepertinya saya terlalu membeda-bedakan banyak orang. Saya menghindari orang yang Engkau kasihi:
- orang yang memiliki citra buruk
- orang yang mudah marah
- orang yang memiliki latar belakang yang berbeda dengan saya (ekonomi, pendidikan, agama, dll.)
- orang yang terlihat kotor dan bau
- orang yang telah mempermalukan saya
- orang yang tidak sependapat dengan saya
Ampuni saya hidup dengan egois dan membeda-bedakan.
Ampuni saya yang telah menerima banyak anugerah dari-Mu namun gagal membagikannya kepada orang lain.
Tuhan buka mata rohani saya untuk melihat betapa Tuhan mengasihi orang yang dilupakan / dilabel sehingga saya dapat belajar mengasihi mereka.
Beri saya keberanian hari ini untuk membuka percakapan dengan seseorang yang saya hindari sebelumnya. Sehingga kemuliaan Tuhan terpancar melalui kehidupan saya.
Amin.
Martin Hodson
———————————————————————————————————
Oleh: Junianawaty Suhendra, Ph.D.