Pursuing Holiness in Our Relationship with Others

Screenshot_5

‘When you sacrifice a fellowship offering to the LORD, sacrifice it in such a way that it will be accepted on your behalf.’ (Leviticus 19:5).

Apabila kamu mempersembahkan korban keselamatan kepada TUHAN, kamu harus mempersembahkannya sedemikian, hingga TUHAN berkenan akan kamu. (Imamat 19:5)

Baca: Leviticus 19:1-18

KeyWord: True Friendship

Pada awal 2014 yang lalu, Blackberry Messenger saya ini dipenuhi berita-berita yang memprihatinkan: Adik kelas meninggal karena kanker paru-paru dan meninggalkan 3 anak yang masih kecil; kakak ipar saya operasi lutut; rekan-rekan di Manado mengalami musibah banjir bandang; teman-teman di Jakarta yang terkena banjir dan kemacetan yang luar biasa; dan beberapa pokok doa dari teman-teman yang sakit, bergumul dalam pekerjaan dan keluarga, dll.

Saya berkata kepada anak saya, “Kita punya banyak tugas mendoakan orang-orang di awal tahun yang penuh tantangan. Dan hari ini, renungan yang kita baca mengajak kita untuk mengingat beberapa orang untuk didoakan secara khusus.”

Imamat 19:1-18 berbicara sangat detail tentang the sacrifice of fellowship. Saat ini saya sedang membaca pandangan sekuler tentang “relationship” dan mencoba membandingkannya dengan konsep “relationship” dalam Alkitab.

Alkitab tidak mengajar kita “mencari” teman yang baik dan cocok dengan kita, melainkan agar kita “menjadi” teman yang kudus. Dan Imamat 19 memaparkan secara detail apa maksudnya menjadi “teman yang kudus.” Itulah sebabnya saya attach ayat2 tersebut, karena terlalu berharga untuk dilewatkan.

Jika saat ini Anda membaca tulisan ini di kantor atau tempat umum, cobalah tengok kiri-kanan, depan-belakang Anda. Perhatikan beberapa orang di sekitar Anda selama beberapa detik dan kemudian renungkan: “Bagaimana relasi saya dengan orang itu? Dapatkah relasi itu disebut kudus?” Lalu, “Adakah pelanggaran yang dipaparkan Imamat 19 yang pernah saya lakukan dalam relasi saya dengan orang itu?” Jika Anda sekarang sedang sendirian, bukalah contact list di email/HP anda, pilih beberapa nama, dan tanyakanlah pertanyaan di atas tadi.

Tidak ada seorangpun yang tidak pernah dikecewakan teman, dan tidak ada seorangpun yang tidak pernah disakiti oleh orang lain. Namun, Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu “terperangkap” dalam “perasaan-perasaan kita” atas perilaku orang lain terhadap diri kita. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk “menjadi” seseorang yang memperhatikan relasi dengan orang lain.

Kedewasaan rohani seseorang tidak diukur dari berapa sering dia ke gereja, berapa banyak aktifitas gereja yang diikutinya, berapa banyak persembahannya, berapa terkenalnya dia di komunitas Kristen, melainkan dari “kasih”nya kepada Tuhan dan SESAMA. Ia mengasihi orang lain seperti mengasihi dirinya sendiri, karena kasih Kristus yang sudah memenuhi hatinya dengan limpah. Melalui friendship/fellowship yang kita miliki, kasih kita kepada sesama akan semakin diasah.

Diskusikan dengan anak:

  1. Siapa teman yang saat ini paling menjengkelkan? Apakah kamu tahu kebutuhan dia? Dalam hal apa kita bisa membantu, mendoakan, atau memperhatikan temanmu itu?
  2. Ingatkah pelanggaran perilaku yang kamu lakukan terhadap teman (menyakiti, gossip, memfitnah, berkata yang menyakitkan hati). Maukah kamu memohon ampun pada Tuhan dan datang kepada orang itu untuk minta maaf?

“Selamat menikmati kasih Tuhan di antara sesama”

 

Oleh: Junianawaty Suhendra, Ph.D.