Susu Milik Siapa? – Kisah Nyata Pergumulan Anak Mengalah

caring

Suatu malam ketika kami sekeluarga akan tidur, anak perempuan saya meminta roti. Karena saat itu sudah terlalu malam untuk membuat roti di lantai dasar, maka saya mengambil dua kotak susu dari ruangan lain dan menawarkannya kepada kedua anak saya. Ketika mereka melihat susu, dengan segera keduanya menunjuk kepada susu beraroma jeruk. Anak laki-laki saya kemudian berkata, “Saya memilih susu itu ketika berada di supermarket dan sekarang saya mengatakannya terlebih dulu”. Berbeda dengan anak laki-laki saya, anak perempuan saya justru mengambil susu beraroma jeruk tersebut dari tangan saya dan berkata, “saya mengambilnya terlebih dulu”. Ketika anak perempuan saya berdiri menjauhi dari kakak laki-lakinya dan berniat untuk memasukkan sedotan, anak laki-laki saya memprotes tingkah laku adik perempuannya.

Kemudian saya mengambil kedua kotak susu tersebut dan terdiam beberapa saat. Banyak hal terjadi yang membuat saya sangat sibuk sepanjang hari dan saya bingung apa yang harus dikatakan di malam ini. Tiba-tiba hati saya seperti mendapat hikmat untuk menyelesaikan masalah ini. Saya pun mengambil nafas panjang dan berkata, “Anak-anak, dengar: Mama tidak tahu siapa yang mengatakan pertama kali, siapa yang menginginkan pertama kali, dan lain sebagainya. Dan hal itu tidak penting saat ini. Mama sungguh tidak tahu harus memberikan kepada siapa susu beraroma jeruk ini. Mama ingin memberikan kepada kalian berdua, tetapi tidak bisa. Kita hanya punya satu kotak. Seperti yang kalian lihat, kita memiliki 2 kotak susu dengan 2 aroma yang berbeda dan kalian berdua hanya menginginkan susu beraroma jeruk. Sekarang, Mama mau bertanya kepada kalian : siapa yang rela mengalah malam ini, berkata “Mama, saya mau belajar mengalah dan mau mengambil susu dengan aroma lain”. Saya menatap kedua anak saya.

Saya terkejut dalam beberapa detik, anak perempuan saya mengangkat tangannya. Saya menatapnya dalam dan berkata, “Amy, apakah kamu hari ini benar-benar mau belajar untuk mengalah dan minum susu beraroma strawberry?”. Amy mengangguk dan menjawab, “ya”. Saya pun memberikannya susu beraroma strawberry dengan sedotan di dalamnya. Amy mengambil susu tersebut lalu meminumnya. Dan saya pun memberikan susu beraroma jeruk kepada anak laki-laki saya. Sekali lagi saya berkata, “ Amy, mama menghargai kebaikanmu dan kerelaanmu”.

Sebelum saya menyelesaikan kalimat saya, Amy pun menangis. Saya memeluknya erat dan berkata, “Kamu benar-benar menginginkan susu beraroma jeruk?” Amy mengangguk di tengah tangisnya. Saya kembali berkata, “Hari ini, kita belajar bahwa di dalam keluarga kita belajar untuk mengalah daripada melihat siapa yang pantas mendapatkan sesuatu duluan. Amy telah mengambil langkah untuk belajar hal baru dan kita semua menghargai hal tersebut.”

Saya mengerti bagaimana sulitnya Amy belajar dari situasi yang sederhana ini, walau akhirnya ia tetap mau mencoba. Pada saat yang sama, saya membayangkan diri saya sendiri pada situasi ini. Amy adalah seorang anak perempuan berusia 5 tahun dan dapat keluar dari zona nyamannya, dan saya tidak dapat.

Tuhan, ampuni saya untuk selalu memikirkan diri sendiri. Hari ini, anak perempuan saya mengajarkan saya lebih dari apa yang saya pikirkan malam ini. Dia telah membuka sesuatu yang menutupi saya selama ini. Dia telah menunjukkan Tuhan telah melakukan sesuatu yang luar biasa dalam kehidupan saya. Hidup saya telah diisi dengan sesuatu yang saya lihat sebagai “sesuatu yang besar” dan saya melewatkan sesuatu yang jauh lebih penting, yaitu melangkah lebih lagi untuk menjadi seperti Yesus setiap hari. Terima kasih Yesus karena Engkau telah memperlihatkan kasih-Mu melalui hati seorang anak.

 

Oleh: Caroline Jong