The Needed Needy

Screenshot_10

Mazmur 107

(41) tetapi orang miskin dibentengi-Nya terhadap penindasan, dan dibuat-Nya kaum-kaum mereka seperti kawanan domba banyaknya.

(42) Orang-orang benar melihatnya, lalu bersukacita, tetapi segala kecurangan tutup mulut.

(43) Siapa yang mempunyai hikmat? Biarlah ia berpegang pada semuanya ini, dan memperhatikan segala kemurahan TUHAN.


Kata Kunci: Yang Membutuhkan (the needy)

Suatu pertanyaan yang sering ditanyakan oleh anak-anak adalah: “Kalau Tuhan baik, mengapa banyak orang menderita??”

Mazmur hari ini menjawab bahwa karena Tuhan baik, maka Tuhan membiarkan dinamika kehidupan ini ada di dalam hidup kita: derita, pertolongan, tekanan, penghiburan. Jika kita sedang dalam kondisi menderita, Tuhan sedang mengajar kita untuk rendah hati. Ketika kita tidak menderita, Tuhan mengajar kita untuk bijaksana, bersyukur, membuka mata dan menjulurkan tangan untuk menolong.

Sesungguhnya kita membutuhkan orang yang lemah (the needy), supaya kita tidak pernah lupa bahwa untuk itulah Tuhan menciptakan kita, yaitu untuk merealisasikan pertolongan Tuhan kepada the needy.

Saat ini, saya bersyukur karena anak saya Timmy sudah tiba dengan selamat di Nairobi, Afrika. Seperti penjaga malam, sepanjang malam ini para orangtua sangat alert terhadap sms/fb message. Dalam sekejap, para orangtua yang tidak pernah mengenal satu sama lain, bersatu untuk terus menerus member kabar dan mendoakan. Apa yang kami doakan: keselamatan…tentu itu yang paling utama. Namun, satu hal yang Firman Tuhan ingatkan saya pada hari ini adalah: supaya mata anak-anak kami terbuka melihat mereka yang membutuhkan sebab mereka juga butuh melihat orang lain yang lebih membutuhkan, supaya mereka hidup lebih bijaksana. Mereka adalah anak-anak SMA yang sebentar lagi menginjak masa dewasa. Mereka adalah anak-anak dari orangtua yang menyadari bahwa hidup bukan hanya untuk dinikmati, tapi dibagikan kepada orang yang membutuhkan.

Ketika berita tentang penyanderaan orang-orang Kristen di pusat perbelanjaan Nairobi dan mengakibatkan kematian beberapa wisatawan, para orangtua ini tidak gentar untuk tetap mengutus anak-anak mereka ke tempat tersebut. Sekolah hampir membatalkan perjalanan ini karena berita tersebut, namun pada akhirnya mereka tetap menjalankan. Bukan tanpa rasa takut dan kuatir, kami mengirim anak-anak kami…. Sekalipun mungkin Indonesia juga sama bahayanya, namun ada perasaan berbeda ketika mengutus anak kita sendirian ke tempat yang sama sekali asing, yang kami sendiri belum pernah ke sana. Itulah sebabnya, mau tidak mau doa kami pertama adalah tentang keselamatan anak-anak.

Pagi ini saya mendoakan “mata” anak-anak, supaya mereka lebih peka melihat kebutuhan orang yang membutuhkan. Saya berdoa supaya hati anak-anak muda ini dibentuk untuk mempunyai kerinduan dalam penentuan keputusan di masa kuliah nanti. Tahun lalu, hasil dari perjalanan mereka ke Kenya adalah mengadopsi seorang anak yatim piatu yang lumpuh. Selama setahun, sekolah ini membiayai operasi tulang punggung anak ini, menyekolahkan, dan menjadikan dia bagian dari keluarga. Anak ini sudah kembali ke panti asuhan tersebut, bukan saja dengan kaki yang kuat, tapi juga dengan persaudaraan yang kuat. Saya bisa membayangkan reuni yang indah Antara Kilunda (anak Afrika yang diadopsi selama setahun) dan teman-temannya. Saya berdoa supaya sekali lagi Tuhan membuka mata mereka dan menguatkan hati mereka untuk membuat perbedaan dalam hidup seseorang. Kita tidak bisa menolong semua orang, tapi kita bisa berbuat sesuatu untuk seseorang yang Tuhan percayakan pada kita.

Kegiatan bersama anak:

Membacakan kisah cerita anak-anak yang membutuhkan (panti asuhan, anak-anak Papua/pedalaman, atau anak-anak dari Negara lainnya yang membutuhkan pelayanan)

Kegiatan bersama pasangan:

Mendoakan anak-anak supaya Tuhan pakai mereka menjadi saluran berkat, memberikan mereka mata yang jernih untuk melihat kebutuhan orang lain.

 

Oleh: Junianawaty Suhendra, Ph.D.